Tampilkan postingan dengan label PRODUK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PRODUK. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Maret 2015

LELE MANDALIKA benih unggul NTB

Ikan Lelel Mandalaika
Ikan lele merupakan komoditas ekonomis penting di provinsi Nusa Tenggara Barat. Selama ini kebutuhan benih untuk keperluan budidaya dilakukan dengan mendatangkan benih lele dari sentra-sentra benih ikan di pulau Jawa dengan berbagai variasi dan tingkat kualitas. Di samping itu, jarak tempuh yang cukup memakan waktu lama dengan menggunakan transportasi darat juga mengurangi kelayakan kualitas dari benih untuk budidaya.

Dalam rangka menjembatani permasalahan yang selama ini terjadi, maka sejak tahun 2009, kegiatan pemuliaan ikan lele dimulai dengan mengoleksi sejumlah varietas unggul ikan lele di BBI Batukumbung, Lingsar, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kemudian dilanjutkan dengan memanfaatkan varietas ikan lele Sangkuriang, Masamo dan Pyton untuk menciptakan benih lele Hibrida dari provinsi NTB yang unggul dalam kecepatan tumbuh jika dibandingkan dengan benih-benih lele yang beredar di masyarakat. Benih hibrida ini diberi nama benih LELE MANDALIKA

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa benih lele hasil persilangan varietas ikan lele Sangkuriang betina dengan Masamo jantan mempunyai pertumbuhan yang terbaik sebagai benih budidaya jika dibandingkan dengan benih hibrida lainnya maupun dengan para tetuanya. Kenaikan pertumbuhan terutama bobot pada periode pembesaran sekitar 22,76% dari galur murninya, atau sebesar 30,05% dari strain ikan lele yang beredar di masyarakat Nusa Tenggara Barat.

Guna memperkaya jumlah jenis dan varietas lele yang dibudidayakan masyarakat serta meningkatkan produksi budidaya sekali gus dapat meningkatkan pendapatan petani pembudidaya maka pemerintah telah merilis benih lele Mandalika secara resmi melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 42/KEPMEN-KP/2013 tanggal 22 Juli 2014 tentang Pelepasan Benih Sebar Ikan Lele Mandalika.

Tim Penilai Lele Mandalika
Ketua Tim Penilai (Kanan), Sekretaris DKP NTB (Kiri)

Tim Lele Mandalika bersama Prof. Komar (keempat dari kiri)







Rabu, 11 Maret 2015

IKAN NILA ANJANI andalan NTB


Induk Ikan Nila Anjani


Pemuliaan ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan kegiatan perekayasaan yang bertujuan meningkatkan mutu genetik induk dan benih ikan baik yang ada di masyarakat maupun di panti - panti benih seperti Balai Benih Ikan. Para petani pembenih dan pembudidaya ikan nila mengalami kendala berupa turunnya kualitas genetik terutama disebabkan oleh perkawinan sekerabat (inbreeding). Benih ikan hasil perkawinan yang tak terkendali memiliki pertumbuhan yang sangat lambat. Kondisi ini menimbulkan efek negatif dan merugikan bagi para petani pembudidaya. Disamping itu para pembudidaya ikan dihadapkan pula pada harga pakan ikan yang semakin meningkat.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk keluar dari jeratan permasalahan tersebut diantaranya dengan mendatangkan calon induk ikan unggul seperti strain nila Nirwana, Best, atau nila Gesit dari pulau Jawa. Para petani juga mencoba untuk membuat pakan ikan alternatif dengan formulasi sederhana dari bahan baku yang tersedia dan mudah didapatkan. 

Tak mau ketinggalan dalam perannya yang notabene sebagai penghasil benih dan induk ikan unggul, Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT) aikmel  sejak tahun anggaran 2010 sampai 2012, telah melakukan kegiatan rekayasa genetik guna meningkatkan kualitas induk ikan (genetic improvement) melalui program pemuliaan induk nila dengan metode seleksi individu.

Kegiatan pemuliaan dimulai dengan mengawin silang 6 (enam) strain nila yaitu : Nirwana, Citralada, Selfam, Best, Jatimbulan dan Putih Sleman. Dari hasil perkawinan tersebut terbentuk populasi ikan F0 yang diseleksi untuk mendapatkan calon induk F1. Selanjutnya induk F1 dikawinkan untuk mendapatkan generasi F2,  induk F2  dikawinkan  untuk memperoleh  generasi F3, demikian seterusnya. Pada generasi F3 dilakukan uji performa untuk mengetahui keunggulan hasil seleksi.

Penilaian terhadap hasil kegiatan pemuliaan dilakukan oleh Tim Penilai Pusat pada tanggal 14 November 2012 bertempat di hotel Pangrango II Bogor, dan telah mendapat pengakuan sebagai induk ikan unggul dengan SK Menteri Kelautan & Perikanan No. 46/KEPMEN-KP/2012 tentang Pelepasan Ikan Nila Anjani yang merupakan akronim dari ANdalan jeJAring Nila Indonesia tanggal 27 Desember 2012.

Beberapa keunggulan induk ikan Nila Anjani antara lain :
Pada fase pendederan II ikan Nila Anjani memiliki pertumbuhan harian rata-rata 1,2 gram/hari. Dalam jangka waktu 100 hari pemeliharaan diperoleh hasil panen dengan bobot ikan rata-rata 128,2 gram/ekor dari bobot awal rata-rata 5,0 gram/ekor.Sedangkan pada fase pembesaran pertumbuhan harian rata-rata ikan Nila Anjani 2,3 gram/hari. Dalam jangka waktu 76 hari pemeliharaan diperoleh hasil panen dengan bobot ikan rata-rata 217,1 gram/ekor dari bobot awal rata-rata 45,0 gram/ekor.

Dari hasil uji lapang (uji multilokasi) juga diketahui bahwa ikan Nila Anjani dapat tumbuh dengan baik pada perairan dengan suhu antara 20 - 31ÂșC. Tingkat efisiensi pakan atau FCR berkisar antara 0,9 - 1,2. Tingkat kelangsungan hidup atau SR mencapai 90%. Tahan terhadap serangan bakteri yang sangat berbahaya seperti Streptococcus iniae. Bentuk tubuh tinggi dengan tekstur daging yang tebal.




KARAKTERISTIK INDUK PENJENIS (GGPS) F3 NILA ANJANI

No.
Deskripsi
Keterangan
Karakter Fenotipe
1
Bobot Badan (gram)
283,89 ± 34,10
2
Panjang Total (cm)
24,97 ± 1,11
3
Panjang Standar (cm)
19,85 ± 0,67
4
Panjang Kepala (cm)
6,54 ± 0,32
5
Tinggi badan (cm)
8,01 ± 0,40
6
Lebar mata (cm)
1,31 ± 0,03
7
Rasio panjang standar/tinggi badan
2,48 ± 0,09
8
Rasio panjang standar/panjang kepala
3,04 ± 0,07
9
Jumlah jari-jari sirip punggung
XVI - XVII. 12 - 14
10
Jumlah jari-jari sirip dada
13 – 14
11
Jumlah jari-jari sirip sirip perut
I.5
12
Jumlah jari-jari sirip sirip anal
III. 9 - 11
13
Jumlah jari-jari sirip sirip ekor
2. 16 - 18
14
Jumlah sisik gurat sisi depan
21 – 25
15
Jumlah sisik gurat sisi belakang
16 – 21
16
Warna tubuh / sisik
Abu-abu kecoklatan
atau kehijauan
17
Warna bagian bawah tutup insang
Abu kehijauan
18
Warna perut
Putih keabuan
19
Dressing percentage :


- Edible portion (%)
47,36 ± 2,39

- Fillet (%)
    42,08 ± 1,59
Karakter Reproduksi
1
Umur matang gonad pertama (bulan)
6 - 7
2
Bobot matang gonad pertama (g)
275,8
3
Fekunditas (butir/kg)
2.384
4
Daya tetas telur (%)
> 90
5
Diameter telur periode I (mm)
1,8 – 2,5
6
Warna telur
Kuning



Karakter Genetik
1
Differential Selection (S) F3 (g)
64,2
2
Respon Seleksi (R) F3 (g)
17,3
3
Genetic Gain (F1 ke F3)
32,3 g (35,1%)
4
Keragaman/Diversitas Genetic F3 (♂♀)
0,44
5
SR Fase Pembesaran (%)
> 90
6
FCR Fase Pembesaran
1,15
7
ADG Fase Pembesaran (g/hari)
2,25
8
Tahan Terhadap Bakteri Streptococcus iniae

Baik





TIM PEMULIAAN NILA ANJANI

TIM PENILAI NILA ANJANI

KETUA TIM PENILAI (Tengah) KADIS KP NTB (Kanan)